Bermain Dengan Alam

Alhamdulillah akhirnya bisa kembali bermain dengan alam setelah sekian purnama gak jalan-jalan karena dikejar deadline di kantor baru *eh kok malah curhat haha
source: google.com

Kali ini, saya jalan-jalan ke Curug Nangka di Bogor. Kalau menurut hasil googling sih di Kaki Gunung Salak. Dari Kota Bogor masih sekitar 15 KM lagi. Dan benar saja, ketika saya menumpangi motor abang ojek online, beliau bilang kalau lumayan jauh. Karena di Kabupaten. Tapi, yasudah tidak apa-apa daripada penasaran. Nah tapi, ojek online tidak bisa sampai ke lokasi tujuan. Hanya sampai depan. Dari depan situ, ada ojek khusus. Ojek pangkalan yang ke Curug Nangka. Tarifnya 10ribu sampai lokasi. Tapi karena saya lebih senang berjalan kaki, dan sekalian ingin menikmati perjalanan menuju Curug tersebut, akhirnya jalan kaki. Jaraknya lebih kurang 1 KM. Ya lumayan. Lumayan berasa haha. Karena agak menanjak. Agak ngos-ngosan bagi yang belum biasa. Tapi semua terbayarkan kok ketika tiba di Curug Nangka. Masya Allah, indah banget. Suasananya pun adem banget. Ah, saya rindu mendaki gunung :(

Btw, Curug Nangka agak berbeda dengan Curug lainnya. Untuk melihat Curug ini, kita harus menyusuri jalan seperti ke dalam goa. Tapi alam terbuka.


Jalan menuju Curug Nangka

Lebih kurang 10 menit setelah menyusuri jalan tersebut, barulah bisa melihat Curug Nangka tersebut.
Kita bisa turun atau mendekati airnya. Tidak dalam. Hanya selutut orang dewasa

Curug Nangka dari dekat

Atau, kita juga bisa melihatnya cukup dari bebatuan di sekitar Curug tersebut

Sisi sebelah lain di bebatuan

Nah, masih ada curug lainnya di lokasi ini. Tapi harus mendaki lebih atas. Karena cuaca agak kurang mendukung, jadi saya hanya ke Curug ini saja. Yang pentimg sudah tidak penasaran lagi hehe.

Oh iya, dari pintu masuk lokasi wisata ke Curug, pohon pinus berjajaran. Bener-bener adem pokoknya. Betahh 😍
Diantara pepohonan

Yaudah segitu dulu aja jalan-jalannya. Sampai bertemu di Curug lainnya. Btw, ini Januari 2017. Udah lama banget.

Bye ~
Share:

Sebut Saja Diet

Kamu gendutan ya sekarang.
Kamu kan dari dulu emang gemuk. Ga akan bisa kurus.

Yak, itu kalimat yang sering saya terima dari sekitar bulan April tahun 2018 (setelah kembali stay di Bandung) sampai Oktober tahun 2019.
Sebenarnya dari dulu ga terlalu mikirin kalimat tentang "gemuk" itu. Tapi setelah tahu body shaming,  jadi agak risih. Tanpa disadaripun, saya pernah bilang seperti itu ke teman lain (mohon maaf ya). Jadi kena dampaknya.

Selama dibilang seperti itu pula, saya berjuang untuk bisa menerapkan gaya dan sehat. HIDUP SEHAT, bukan DIET.

source: google.com

Dimulai sekitar bulan Juli 2018 saya mulai coba joging di lapangan. Sebelumnya saya lebih giat sepedaan. Tapi katanya lebih bagus joging, buat ngatur nafas juga. Nah karena saya ga pernah olahraga lari ataupun joging, awal joging hanya 500 meter. Bulan berikutnya 1 KM, bulan berikutnya 1.5 KM dan bulan-bulan berikutnya sejauh 2 KM. Saya tekuni joging itu selama 3x dalam seminggu. Tapi berat badan ga turun. Frustasi? Enggak. Cuma ke badannya lebih berasa segar aja. Iyalah, biasa depan laptop doang. Jarang gerak. Ternyata, pola makan saya yang masih belum sehat.

Oke, setelah 8 bulan berjalan. Saya mencoba untuk mengubah pola makan. Tapi GAGAL. Saya masih belum bisa ngontrol makanan yang dikonsumsi.
Saya tidak putus asa. Pertengahan Oktober 2019 cari-cari tau tentang dokter gizi di Bandung. Ketemu yang reviewnya bagus, lalu saya mendatangi dokter gizi tersebut di Bandung. Namanya dr. Kunkun Wiramiharja.
Kok sampai ke dokter gizi? Iya, saya ingin serius merubah pola hidup dan saya rasa konsultasi dengan dokter gizi itu solusi terbaik.

Hari pertama kali saya datang, saya diminta untuk mengisi data diri, diukur tinggi badan dan berat badan secara terperinci dan cek tensi. Hasilnya? Sudah pasti Overweight. Begitu konsultasi, dokter menerangkan hasil timbangan berat badan saya, yang di dalamnya tercatat berat lemak, berat otot, kadar air, dan umur organ tubuh saya. Kata dokter, berat lemak saya itu setara dengan 13 kaleng blueband dan berpengaruh buruk terhadap tubuh. Bahkan hasil dari pengukuran timbangan badan menunjukkan bahwa usia organ tubuh saya 25 tahun lebih tua dari usia saya. Pantes gampang capek, badan ga enak. Ternyata usia organ tubuh saya seumur orang tua saya. Tapi kayaknya kalau beberapa bulan ke belakang ga pernah olahraga, usia organ tubuh saya bisa > 25 tahun, lebih tua.
Okesip, semakin bulat tekad saya untuk merubah pola dan gaya hidup setelah mendengar penjelasan dokter.
Langkah paling penting, gimana caranya untuk merubah pola dan gaya hidup sehat. Seperti yang sudah diajarkan dalam Al-Qur'an. Anyway, selama saya ketemu dengan dokter, baru kali ini dikasih dari sisi Islam, plus dalil-dalilnya.
  1. Makan dengan tidak berlebihan
  2. Mengkonsumsi makanan sesuai jadwal
  3. Memperhatikan komposisi bahan makanan, seperti nasi, protein nabati dan hewani, sayuran serta buah-buahan
  4. Memperhatikan porsi makanan
  5. Melakukan aktivitas fisik
Saya diberi porsi makan oleh dokter, kayak gini :
  1. Nasi 100 gram
  2. Protein Nabati 50 gram
  3. Protein Hewani 50 gram
  4. Sayuran: 2 - 3 sdm (tumis), 100 gram (kuah)
Sempat mikir, kok sedikit bgt, ga akan lapar, lemas atau lainnya?

Nah, hari pertama saya menjalani resep dokter, yang saya rasakan itu lemas dan pusing. Mungkin badannya kaget. Tapi lama kelamaan, saya merasa kenyang walau porsinya sedikit.

Ke dokter, saya hanya tahan sebulan. Kok sebentar? Iya, saya niat ke dokter hanya supaya bisa mengontrol makanan dan menerapkan pola & gaya hidup sehat.

Sekarang alhamdulillah jarang merasakan cepat capek (kecuali memang aktifitas berlebihan) dan nafas lebih teratur. 

*fotonya menyusul ya :D
Share: