Siapa yang mau sakit? Jawabnya pasti ga akan ada yang mau sakit. Tapi kebanyakan orang lupa bahwa sakit itu mahal, karena terasanya ketika sakit.
source: google.com
Jadi, saya sakit setelah hidup di Jakarta selama 6 bulan. Dua penyakit sekaligus pula, typus dan amandel. Padahal seumur hidup ga pernah typus, amandel pun baik-baik aja. Ya mungkin karena kondisi badan sedang menurun. Makanya drop banget.
Setibanya di Bandung, saya istirahat di rumah. Minum obat dari Rumah Sakit yang berobat di Jakarta sebelumnya. Ketika obat mau habis, tiba-tiba tenggorokan sakit kembali. Saya tidak bisa makan ataupun minum. Waktu itu belum tahu kalau amandelnya bengkak. Langsung deh ke Rumah Sakit terdekat, dan daftar di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Ketika diperiksa, dokternya bilang kalau amandel dan harus dioperasi. Duh, dokter macam apa ini, bilang harus operasi langsung di depan pasien. Saya langsung nangis saat itu. Ya Allah, cobaan apa ini...
Kemudian, ga lama diinfus karena ga bisa masuk makanan lewat mulut. Dibawa juga ke ruang inap. Saya masih nangis. Saya bilang "ga mau dioperasi" ke mama, sampai tangan saya kesemutan karena tegang. Tapi mama menenangkan saya.
Hari pertama, hari kedua, hari ketiga,, trombosit saya berangsur normal dan tenggorokan pun sudah tidak berasa sakit. Saya ditangani dua dokter pada saat itu. Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT).
Ketika hari ketiga, dokter THT bilang kalau amandelnya harus dioperasi supaya ga kambuh lagi. Tapi nunggu pengobatan sebulan dulu, dan satu minggu sekali harus kontrol. Duh kapan bisa sehat lagi :(
Hari keempat, saya diperbolehkan pulang. Pada saat itu, saya tidak menggunakan asuransi. Jadi menggunakan jalur umum. Pembayaranpun bengkak, sekitar 4juta. Duh mah, maafin Viska :(
Sepulangnya dari Rumah Sakit, saya benar-benar istirahat total. Makanan dijaga supaya amandel tidak bengkak. Yang ada dipikiranpun hanya ingin sembuh. Alhasil, berat badan saya turun 4 Kg.
Sewaktu kontrol minggu ke-3, dokter menanyakan kapan mau operasi dan mengajukan tanggal di bulan Maret. Jeeeeeng.. saya dijadwalkan operasi satu hari sebelum Ulang Tahun. Ya Allah.. tahun lalu dapat kado lulus sarjana, tahun ini kok malah dapat kado harus operasi. Tapi gak apa-apa deh, demi sehat. Akhirnya mama saya menandatangani surat tersebut.
Hari dioperasi pun tiba. Rasanya deg-degan walau cuma operasi ringan sebenarnya. Sebelum masuk ruang operasi, saya diberi obat. Ketika masuk ruang operasi, dibius. Sadar ketika sudah di ruang perawatan dan bertanya "operasinya udah?" karena kalimat itu yang ada di pikiran saya ketika sebelum di operasi. Susterpun menjawab "udah".
Waktu itu saya langsung pulang. Ada dua pilihan sih waktu di administrasi. Kalau hanya operasi aja, biayanya segini. Kalau dengan inap, biayanya segini. Jeeeng, 6juta kalau hanya operasi aja. Hmm oke.. mama saya mengeluarkan 10juta untuk saya sembuh (belum dengan obat). Sehat itu mahal, bos! :(
Sehabis operasi, masih harus kontrol juga sampai pulih. Obat lagii. Lama kelamaan, kebal deh tubuh ini konsumsi obat melulu.
Tapi alhamdulillah, saya sehat selalu sampai tulisan ini diketik.
Sampai jumpa!