Perjalanan Ke Baitullah

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ
Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak
(Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan bagi-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu).


Alhamdulillah 31 Desember 2014 lalu Allah memampukan saya dan mama saya untuk berkunjung ke Baitullah. Tidak ada persiapan, mama saya hanya meminta antar ke agen travel. Dan ketika bertanya-tanya di sana, masih ada 2 slot untuk bulan depan kata mbak agennya, dengan biaya 2.100 USD per orang. mamapun langsung meng-iya-kan. Alhamdulillah masih ada tabungan ;)

Keesokan harinya membuat paspor, seminggu jadi. Minggu depannya ke Bandara Husein Sastranegara untuk suntik vaksin dan meningtis. Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar. Oh iya, pembuatan paspor dan suntik tidak termasuk dalam biaya di travel. Jadi bayar sendiri.

Singkat cerita, kami berangkat ke travel jam 3 subuh. Shalat Subuh di masjid dekat sana. Karena kumpul jam 5 di Agen Travel tersebut. Namanya AMWA, di Jalan Citarum Bandung. Seberang Masjid Istiqamah.

Kami semua berangkat dari Bandung menuju Bandara International Soekarno Hatta, Jakarta jam 6. Total semuanya ada 30 jama'ah, dan satu pembimbing. Sampai Bandara Jakarta jam 9 pagi. Seumur hidup, saya belum pernah naik pesawat. So, ini pertama kalinya saya naik pesawat. Jarak tempuh 6 jam pula. Rasanya? Jetlag :(

Deg-degan ketika akan take-off karena pertama kalinya naik pesawat :(


Saya menggunakan pesawat Flynas (AirAsia-X). Maskapai CGK - MED langsung. Pesawat terbang jam 16.10 WIB. Ketika tahun berganti menjadi 2015, kami semua masih di udara. Tiba di Madinah (Bandar Udara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz) sekitar jam 21.35 WSA. Mengurus keimgirasian, dll, menuju hotel sekitar jam 11. Sampai di hotel jam 12. Posisi hotel tidak jauh dari Masjid Nabawi. Bandarapun tidak jauh dari Masjid Nabawi. Bahkan ketika pesawat akan mendarat di Bandara, Masjid Nabawi sudah terlihat. Sangat sangat bercahaya. Terharu, Alhamdulillah bisa sampai ke Saudi Arabia.

Maskapai CGK - MED

Btw, lanjut di post berikutnya ya untuk perjalanan umrah saya. Oh iya, karena niat saya berumrah untuk beribadah. Jadi tidak terlalu mendokumentasi momen di sana. Foto seadanya saja.
Share:

Sehat itu Mahal

Siapa yang mau sakit? Jawabnya pasti ga akan ada yang mau sakit. Tapi kebanyakan orang lupa bahwa sakit itu mahal, karena terasanya ketika sakit.

source: google.com


Jadi, saya sakit setelah hidup di Jakarta selama 6 bulan. Dua penyakit sekaligus pula, typus dan amandel. Padahal seumur hidup ga pernah typus, amandel pun baik-baik aja. Ya mungkin karena kondisi badan sedang menurun. Makanya drop banget.


Setibanya di Bandung, saya istirahat di rumah. Minum obat dari Rumah Sakit yang berobat di Jakarta sebelumnya. Ketika obat mau habis, tiba-tiba tenggorokan sakit kembali. Saya tidak bisa makan ataupun minum. Waktu itu belum tahu kalau amandelnya bengkak. Langsung deh ke Rumah Sakit terdekat, dan daftar di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Ketika diperiksa, dokternya bilang kalau amandel dan harus dioperasi. Duh, dokter macam apa ini, bilang harus operasi langsung di depan pasien. Saya langsung nangis saat itu. Ya Allah, cobaan apa ini...

Kemudian, ga lama diinfus karena ga bisa masuk makanan lewat mulut. Dibawa juga ke ruang inap. Saya masih nangis. Saya bilang "ga mau dioperasi" ke mama, sampai tangan saya kesemutan karena tegang. Tapi mama menenangkan saya.


Hari pertama, hari kedua, hari ketiga,, trombosit saya berangsur normal dan tenggorokan pun sudah tidak berasa sakit. Saya ditangani dua dokter pada saat itu. Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT).

Ketika hari ketiga, dokter THT bilang kalau amandelnya harus dioperasi supaya ga kambuh lagi. Tapi nunggu pengobatan sebulan dulu, dan satu minggu sekali harus kontrol. Duh kapan bisa sehat lagi :(


Hari keempat, saya diperbolehkan pulang. Pada saat itu, saya tidak menggunakan asuransi. Jadi menggunakan jalur umum. Pembayaranpun bengkak, sekitar 4juta. Duh mah, maafin Viska :(


Sepulangnya dari Rumah Sakit, saya benar-benar istirahat total. Makanan dijaga supaya amandel tidak bengkak. Yang ada dipikiranpun hanya ingin sembuh. Alhasil, berat badan saya turun 4 Kg.


Sewaktu kontrol minggu ke-3, dokter menanyakan kapan mau operasi dan mengajukan tanggal di bulan Maret. Jeeeeeng.. saya dijadwalkan operasi satu hari sebelum Ulang Tahun. Ya Allah.. tahun lalu dapat kado lulus sarjana, tahun ini kok malah dapat kado harus operasi. Tapi gak apa-apa deh, demi sehat. Akhirnya mama saya menandatangani surat tersebut.


Hari dioperasi pun tiba. Rasanya deg-degan walau cuma operasi ringan sebenarnya. Sebelum masuk ruang operasi, saya diberi obat. Ketika masuk ruang operasi, dibius. Sadar ketika sudah di ruang perawatan dan bertanya "operasinya udah?" karena kalimat itu yang ada di pikiran saya ketika sebelum di operasi. Susterpun menjawab "udah".

Waktu itu saya langsung pulang. Ada dua pilihan sih waktu di administrasi. Kalau hanya operasi aja, biayanya segini. Kalau dengan inap, biayanya segini. Jeeeng, 6juta kalau hanya operasi aja. Hmm oke.. mama saya mengeluarkan 10juta untuk saya sembuh (belum dengan obat). Sehat itu mahal, bos! :(


Sehabis operasi, masih harus kontrol juga sampai pulih. Obat lagii. Lama kelamaan, kebal deh tubuh ini konsumsi obat melulu.


Tapi alhamdulillah, saya sehat selalu sampai tulisan ini diketik.



Sampai jumpa!
Share:

Halo Ibu Kota

Ibu kota lebih kejam dari Ibu tiri
Frasa yang sering digunakan untuk menggambarkan beratnya hidup di Jakarta.

source: google.com

Ibu Kota memang kejam bagi yang baru datang ke Jakarta. Kenapa? Yuk simak!

Pengalaman ini didapat ketika saya berada di Jakarta untuk bekerja. Ya kerja. Yang menurut orang bekerja di Jakarta itu dapat gaji besar. Tapi ternyata tidak. Semuanya butuh proses.
Waktu itu saya hanya digaji sebesar UMK Jakarta. Ya insyaAllah cukup.
Tapi ternyata...

Oke, saya memang banyak teman di Jakarta. Tapi hanya satu orang yang dekat karena lokasi kami berdekatan. Lokasi dengan teman yang lain cukup jauh. Ya Allah, aku harus kuat!

Sewaktu istirahat jam kerja, saya sendirian karena yang lain dibekali makan siang oleh istrinya. Sebenarnya tempat makan yang dekat dengan kantor agak kotor. Tapi ya mau gimana. Saya hanya tahu tempat makan itu. Jadinya tetap makan di situ. Dua minggu kemudian, saya baru mendapat teman. Itupun vendor sebelah. Ya alhamdulillah ada teman makan. Jadi ada pilihan tempat lain, yang lebih bersih. Tapi ketika weekend, saya kebingungan cari makan. Yang dekat hanya mall. Ya terpaksa makan junk food walau uang pas-pasan. Padahal mama selalu tanya "udah makan? uangnya masih ada buat makan?". Sedih kalo diinget. Karena kadang ga makan :(

Empat bulan berjalan.. Saya merasa jenuh dan capek. Mungkin karena kegiatannya itu-itu saja. Btw, saya tidak terlalu nyaman dengan yang kegiatannya berulang. Jadi merasa stuck. Hingga saya berdoa "Ya Allah.. ijinkan saya untuk istirahat, saya lelah" sehabis shalat.

Bulan kelima, saya sudah tidak di klien alias kembali ke kantor. Tidak lama dari situ, sayapun bertemu dengan beberapa teman baru. Salah satunya dari acara gathering komunitas. Diapun berdomisili dan kerja di Jakarta. Ternyata juga kantor kami berdekatan. Jadilah dekat. Dia sempat bilang "Vi, wajah kamu pucat". Tapi saya hanya respon "oh mungkin kecapean. tadi udah makan kok".

Hingga suatu hari ketika bangun tidur, tenggorokan saya kayak ada yang menghalangi. Saya mendeham dan minum air hangat, tapi tidak ada perubahan. Ketika di kantor, bilang ke teman, dia membelikan saya larutan karena mungkin katanya panas dalam.

Keesokan harinya, tenggorokan saya makin parah. Ditambah demam pada sore hari. Tapi ketika pagi, demamnya hilang. Saya tetap ke kantor. Menjelang sore hari, demam lagi. Akhirnya ijin pulang cepat dan diantar pulang oleh teman saya.

Besoknya hari Sabtu, jadi saya berobat. Ditemanin teman saya itu. Dicek oleh dokter, diminta tes urine. Nunggu sejam kalau tidak salah. Selama 1 jam itu, saya diinfus, karena tenggorokan saya sakit, tidak masuk makanan. Setelah ada hasil, ternyata typus (-)
Huaaa rasanya ingin nangis. Sakit terparah yang dialami seumur hidup.
Alhasil, saya mengajukan resign ke kantor. Kemudian pulang ke Bandung (dijemput mama) dengan kondisi sedang sakit.

Halo Ibu Kota. Sampai jumpa di lain kesempatan!
Terima kasih atas rasa sakitnya.
Saya sulit menemukan warung nasi yang tempatnya bersih dan higienis.
Share:

Pengalaman Pertama Kerja di Ibu Kota

Biasanya saya ke Ibu Kota, kalau ada keperluan saja. Tapi kali ini, saya ke Ibu Kota untuk kerja.


Oke jadi gini.

2013 lalu, hadiah ulang tahun dari Allah (karena doa mama juga) adalah saya lulus dari Universitas. Yap, saatnya praktek ke dunia sebenarnya setelah mendapat bekal ilmu sewaktu kuliah.


Tidak lama setelah lulus, ijazah sudah dibagikan walau belum wisuda, teman saya menawarkan pekerjaan di Jakarta. Saya memberi tahu mama. Alhamdulillah diijinkan tapi diantar, karena tidak ada keluarga di Jakarta. Hanya teman-teman saya aja. Oke gak masalah, senang banget rasanya! Lalu, diantar ke Jakarta dan cari kost.


Hari pertama kerja, saya berangkat pagi banget karena khawatir telat. Tapi karena jarak antara kost dengan kantor cukup jauh sih dan karena baru kerja. Jadinya semangat banget! Hehe. Oh iya, saya kerja di kantor Konsultan IT Security. Jadi hari pertama diminta datang dulu ke kantor, bukan ke klien.


Ketika sudah masuk jam kantor, dikenalin ke karyawan lain sama mbak HRDnya. Lalu ngobrol-ngobrol dengan yang lain.

Waktu itu kalau gak salah, saya stay di kantor selama satu minggu. Minggu depannya baru deh ke klien.


Singkat cerita, saya ke klien dan sudah mulai onsite. Jeeeeng,, temannya laki-laki semua. Saya hanya perempuan sendiri. Baiklah gak apa-apa. Sudah biasa dengan dominan laki-laki dari kuliah.


Nah, ruangan saya ada di samping Data Center yang ACnya sebesar kulkas dan AC kering. Dingin banget walau udah pake jaket. Ruangannya disebut aquarium karena sekelilingnya kaca, terbuka. Tapi sebenarnya itu ruangan monitoring IT Security.

Lobby

Ruang Kerja
(yang screensavernya Doraemon, PC saya)

Saya masuk kerja jam 8 pagi, pulang jam 5 sore. Tinggal jalan kaki kalau berangkat dan pulang kerja, karena jaraknya tidak terlalu jauh. Oh iya, saya pindah kost ke yang lebih dekat dengan klien.

Sebenarnya agak membosankan, karena mungkin saya baru pertama kerja dan stay di Ibu Kota. Ternyata juga, kerja di Jakarta itu butuh fisik yang kuat bagi yang sebelumnya hanya anak rumahan seperti saya. Akan saya ceritakan di post selanjutnya ya!
Share:

Review Cafe Madtari

Bandung. Kota yang cukup terkenal dengan fashion, tempat wisata dan kuliner.

Kali ini, saya akan review kuliner di tempat nongkrong yang asik buat kantong mahasiswi. Iya pada jamannya. 2009an gitu. Sewaktu saya masih kuliah. Ini tempat nongkrong yg cozy banget dehh pada masa itu. Beda dengan sekarang yang sudah semakin banyakkk tempat nongkrong.

Nama tempatnya Cafe Madtari. Berada di Jalan Ranggagading, Tamansari. Dekat taman Flexy (nama waktu itu) atau ya kampus unisba Fakultas Matematika.

Di cafe ini, beraneka ragam roti bakar, pisang dan mie yang ditabur keju seabreg. Mie ditabur keju? Agak enek sih kalo mie. Tapi kalo roti bakar atau pisang, ga terlalu *gimana seleranya 😁

Saya paling suka pesan Roti Blueberry, Susu, Keju, Coklat. Rasanya?? Ga usah ditanya. Yang pasti enak. Karena emang favoritnya 😜

Roti Blueberry, Susu, Keju, Coklat

Untuk harga, range 20ribu sampe 25ribu kalo sekarang. Dulu sih 10ribu sampe 15ribu. Ya namanya juga 7tahun berlalu. Harga pasti naik. Bukan Senin harga naik ya. Hehehe..

Oke deh, segitu dulu aja post pertama tentang makanan. Sampe ketemu di makanan berikutnya ~
Share:

First Trip

Well, saya akan ceritain perjalanan ngebolang saya yang pertama kalinya.


Saya lupa tepatnya tanggal berapa. Tapi yang pasti bulan Oktober tahun 2011.
Waktu itu ada temen saya yang namanya Thian, ngajak trip ke Lampung dengan backpaker. Saya tanya harganya berapa, ya alhamdulillah uang tabungannya cukup untuk ke sana. Karena bagi saya, agak mahal karena dengan posisi masih kuliah, mau smester akhir, belum punya penghasilan, masih ngumpulin dari uang jajan 😁


Singkat cerita, kami berangkat ke Lampung di hari Jum'at sore dengan meet point di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta. Semua biaya perjalanan sudah termasuk dalam harga trip. Jadi tinggal duduk manis aja dalam bus. 


Sesampainya di Pelabuhan Bakauheni, kami menuju Dermaga Canti, Kalianda, Lampung. Kalo gak salah sih menuju Pulau Sebesi Kecil. Saya agak lupa, karena sudah 7 tahun berlalu. Saya gak terlalu menikmati perjalanan juga, karena hanya ingin merasakan bagaimana perjalanannya *jangan ditiru hehe


Setelah ke Pulau Sebuku Kecil, kami ke Pulau Sebuku Besar. Lalu beristirahat menuju tempat menginap. Tempat penginapannya ini rumah warga. Jadi ga perlu khawatir.


Malamnya (Sabtu malam) kami mengobrol santai di penginapan. Ada barbeque-an, ada game juga. Seru deh pokoknya. Tapi karena saya jarang tidur terlalu larut malam, jam 10 sudah pamit tidur 😂


Kesokan paginya (Minggu pagi), kami bergegas menuju Gunung Anak Krakatau. Ini pertama kalinya saya mendaki gunung. Melelahkan, tapi seru. Karena saya jarang olahraga, jadi ngos-ngosan sesampainya di puncak Gunung Anak Krakatau.
Cagar Alam Krakatau

Puncak Gunung Anak Krakatau

Sehabis mendaki gunung, kami semua kembali bermain air. Tujuannya Pulau Sebesi, Pulau Umang-Umang dan Lagoon Cabe, Pulau Gunung Rakata. Di Pulau Umang-Umang, kita bisa snorkeling. Tapi hati-hati sama ubur-uburnya, karena bisa menyengat. Yang nantinya menjadi gatal.
Lagoon Cabe

Begitu selesai dari Lagoon Cabe, kami kembali ke tempat istirahat untuk kembali ke Jakarta.


Kami kembali Minggu malam. Jadi total tripnya 2 hari 2 malam. Ya lumayan lah refreshing 😁

Oke, segitu aja ya.

See u on next trip 😍
Share:

SKRIPSI.. I'm In Love (Part 2)

Oke, ini lanjutan dari postingan SKRIPSI.. I'm In Love sebelumnya.

source: google.com

Bimbingan kedua, ketiga, dan seterusnya.. Alhamdulillah bimbingan berjalan lancar. Tapi ketika bimbingan terakhir mau seminar (seminar itu pra-sidang, presentasinya cuma sampai bab 3), ada hal terjadi. Ketika akan print bab 1 sampai bab 3, printer bermasalah. Ada mama saya di situ, saya bilang "ga usah bimbingan lah, udah jam 10 (waktu itu saya diminta bimbingan jam 10), ini printernya ngadat". Mama saya kaget dan jawab "Viska mau ngecewain mama dengan nunda lulus?". JLEB! Akhirnya pinjam printer tetangga dan bisa print semua naskahnya, lalu berangkat ke kampus. Pas masuk ruang dosen pembimbing, beliau bilang "Viska, kan janjinya jam 10. Sekarang udah jam 11. Kamu telat!". Tapi akhirnya beliau mau nerima bimbingan saya dan approve untuk seminar. Fuih alhamdulillah..

Seminar berlangsung.. Dapat dosen penguji yang udah biasa jadi dosen mata kuliah di keseharian. Alhamdulillah.. By the way, waktu itu cuma ada beberapa dosen yang paham tentang tema skripsi saya. Jadi pertanyaannya ga terlalu banyak. Revisi seminarpun hanya sedikit.

Setelah seminar, masih harus bimbingan lagi untuk menghadapi sidang. Nah, sidang skripsi itulah yang menentukan kita lulus atau tidak. Walau sudah 3 bab di seminar, tapi bisa saja tidak lulus sewaktu sidang. Eitss.. PASTI LULUS!

Bimbingan pun berlanjut. Tapi karena ada revisi dari seminar, jadi revisi seminar terlebih dahulu, kemudian lanjut ke bab 4 dan 5. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar hingga jadwal pembagian sidang skripsi. Rasanya campur aduk. Deg-degan, duh nanti pengujinya siapa ya, ah banyak lagi pokoknya..

Jadwal sidang skripsipun keluar. Saya dapat jadwal di hari Senin kalau tidak salah, dan dapat penguji yang lagi-lagi dosen keseharian. Duh lega rasanya..

Sidang pun tiba, waktu itu saya membawa 2 laptop karena skripsi saya tentang monitoring. Saya presentasi pada 3 dosen penguji (1 dosen pembimbing, 1 dosen penguji dari seminar, 1 lagi dosen penguji skripsi) dengan durasi hanya 15 menit. Ketika saya bilang "bu, presentasinya sudah", dosen pengujipun bertanya "oh sudah ya? oke coba blablabla.."
Presentasi materi sudah, kemudian lanjut ke kompre. Waktu itu ditanya tentang aljabar semester 1. Wahh materi waktu pertama banget masuk kuliah. Alhamdulillah bisa jawab. Fuih lega.. Sidangpun selesai.


Ketika ke luar ruangan, saya melihat jam. Ternyata sidang saya hanya berlangsung selama 30 menit. Sebentar ya? Banget! Di saat mahasiswa lain masih menunggu dosen penguji datang, saya malah sudah selesai.

Yeay alhamdulillah lulus.. selanjutnya membuat dokumentasi skripsi.

Dokumentasinya berupa hardcopy skripsi dari bab 1 sampai bab 5 beserta lampirannya, dibuat 3 rangkap. Nah dokumentasi ini yang agak mepet, karena harus kesana kesini minta tanda tangan dan lainnya.
Sewaktu dikumpulkan, ternyata dokumentasi saya yang paling tipis. Iya tipis, cuma 100 halaman. Sedangkan teman-teman yang lain sekitar 300 halaman (hampir 1 rim kertas).
Dokumentasi selesai, kemudian menunggu wisuda.. YEAY FINALLY!!


Oh iya, kenapa saya bilang SKRIPSI.. I'm In Love? Karena skripsi itu tidak menakutkan, asal kita bersungguh-sungguh. Jangan takut dengan dosen pembimbing. Karena dosenpun manusia. Yang penting bisa menempatkan diri dengan keadaan.

So, untuk yang akan skripsi. Semangat ya! KAMU PASTI BISA!!
Share:

SKRIPSI.. I'm In Love!

source: google.com

Apa yang ada dibenak mahasiswa tingkat akhir ketika mendengar kata SKRIPSI?
Ah, nanti aja ngerjainnya kalo mood lagi bagus | Males lanjut karena dosen pembimbingnya galak | Bingung mau ngerjain yang mana dulu
Yap, itu beberapa alasan ketika ditanya skripsi. Tapi berbeda bagi saya. Saya malah jatuh cinta pada skripsi hehe. Mau tahu kenapa? Yuk dilanjut bacanya.

Sebenarnya, ini skripsi kedua setelah skripsi yang pertama gagal, karena laptop mati total dan harddisk tidak bisa diselamatkan. Belum sempat mem-backup file-file yang ada di harddisk, termasuk file skripsi. Sedih ya :(

Tapi oke, saya harus bangkit agar cepat lulus.

Waktu itu, saya skripsi di semester 9. Mata kuliah yang diambil hanya skripsi (alhamdulillah ga ada mata kuliah yang harus diperbaiki). Jadi saya bisa fokus skripsi.
Oh iya, sedikit cerita. Sebelum skripsi dimulai, saya agak bingung mau mengambil tema apa. Niatnya ingin beda dari yang lain. Tapi kok ya mentok :(
Tapi... Dengan niat dan usaha cari-cari tema, Alhamdulillah akhirnya Allah mempertemukan saya dengan temannya teman di gathering komunitas, yang ternyata adalah kakak tingkat di kampus. Beliaupun menawarkan untuk penelitian skripsi di kantornya dan memberi saran dosen pembimbing.

Oke, lanjut ke skripsi saya.
Jadi, waktu itu saya mengambil tema yang berhubungan dengan data. Kalau sekarang, semacam big data. Tapi ini versi kecilnya. Nah, teman-teman yang lain lebih banyak mengambil tema e-Commerce dan Sistem Informasi (SI). Beda dari yang lain kan? Hehe. Untuk dosen pembimbingpun saya mengajukan dosen yang killer menurut teman-teman. Padahal tidak ada mata kuliah yang diajar oleh beliau. Duh!

Hal pertama yang dilakukan sebelum skripsi dimulai adalah proposal. Ketika proposal diterima, pengumuman dosen pembimbing dan dibagikan kartu bimbingan skripsi. Sehabis punya kartu bimbingan skripsi, tentuin deh kapan jadwal bimbingannya. By the way, saya dapat pembimbing yang katanya bu dosen killer. Mari kita lihat killer atau enggak.

Bimbingan pertama, Bab 1 Pendahuluan. Saya menyerahkan naskah skripsi yang dibuat. Alhamdulillah tidak terlalu banyak revisi. Hanya ada penambahan paragraf. Ternyata ibu dosen itu enggak killer. Malah baik banget. Cuma tegas aja. Mungkin beberapa orang menganggap ketegasannya itu dengan killer :D
Bimbingan kedua, ketiga, dan seterusnya..
Lanjut di post berikut ya. Selamat penasaran! :D
Share:

Pencapaian Pertama

Halo. Akhirnya bisa nulis lagi setelah 5 bulan tidak ada tulisan.

Oke, ini lanjutan dari postingan sebelumnya tentang anak Kuliahan. Jadi, ini pencapaian pertama saya di masa kuliah.

source: google.com

Waktu itu, saya merasa bosan ketika semester 3. Bosan dibilang bukan anak gaul karena paling ga mau diajak ke mall dan nonton bioskop, cuma buku kuliah yang dibaca, handphone cuma bisa nerima sms dan telepon, dan lainnya. Hmm *menghela nafas panjang* okee, karena orang lain tidak tahu apa yang saya rasakan dan apa yang sedang saya perjuangkan.

Ketika itu, saya rajin membeli koran Kompas hari Sabtu karena ada iklan lowongan kerja. Yang pada akhirnya, saya melamar Operator Warnet. Alhamdulillah dipanggil interview dan diterima. Lokasi warnetpun berada tidak jauh dari tempat kuliah dan jam menjaga warnetnya mengikuti jam kosong perkuliahan saya. Jadi bisa disesuaikan.

Saya digaji perminggu dengan bayaran 20.000/hari. Jadi kalau dalam seminggu hanya 3x jaga warnet, ya hanya dapat 60.000. Tapi keuntungannya adalah bisa selalu online mIRC dan Yahoo Messenger untuk menambah relasi.
Tapi saya hanya bertahan 3 bulan sebagai OP warnet. Karena warnet tersebut gulung tikar. Baik, saya fokus kuliah lagi karena akan Kerja Praktek (KP).

Di tempat KP, saya fokus bereksplor pada PHP. Selain saya lebih senang mendesain website, saya gemar coding. Hingga suatu hari, ada teman lama menghubungi via YM dan menawarkan project membuat e-Learning untuk sekolah. Saya sanggupi dengan deadline 3 bulan.

3 bulan berjalan. Saya memperlihatkan hasil e-Learning yang sudah saya kerjakan. Tanpa disangka, ternyata yang membutuhkan aplikasi tersebut butuh untuk 6 sekolah. Jadi, dapat bayaran dari tiap sekolah. Yeay alhamdulillah dapat $3.000 USD. Dan itu pencapaian pertama saya.

Keesokan harinya saya beli handphone blackberry dimana teman-teman saya sudah memakai blackberry terlebih dahulu— yang harganya cukup tinggi. Tapi gak apa-apa, sekali-kali menyenangkan diri sendiri. Sisa uangnya ditabung.
Setelah membeli handphone, saya menulis beberapa mimpi. Mimpi ya, bukan cita-cita. BEDA. Karena mimpi bisa tidak terwujud dan tidak tercapai, sedangkan cita-cita harus tercapai dan terwujud.

OK, ini perjuangan dan pencapaian pertama saya ketika kuliah. Sampai jumpa di cerita berikutnya!
Share: