Kembali Ke Indonesia

Well, ini kota terakhir di Saudia setelah melakukan perjalanan ke tempat-tempat bersejarah di Madinah dan melakukan Umrah di Makkah serta perjalanan juga ke tempat-tempat bersejarah. Yap, kota Jeddah. Kota yang biasa disinggahi para jamaah Umrah sebelum pulang ke tanah air. Karena kota ini tersedia berbagai macam oleh-oleh. Pedagangnya banyak orang Indonesia loh. Eitss jangan salah, di Saudia ini memang banyak orang Indonesia.

Kami semua hanya semalam di kota ini. Sebelum akhirnya pulang ke Indonesia dari Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Jadi hanya ke Pasar Cornis dan Masjid Terapung di Laut Merah.

Begitu tiba di hotel, kami beristirahat sebentar. Lalu melakukan perjalanan ke Laut Merah. Di pinggirnya ada Masjid Terapung. Nama masjidnya sih agak susah diinget. Tapi disebutnya Masjid Terapung. Karena kalo air lautnya sedang pasang, masjidnya seperti terapung.

Masjid Terapung di Laut Merah

Ah rasanya gak mau pulang ke Indonesia. Betah banget di kota Madinah dan Jeddah ini 😍 Bangunan dan tempat-tempat lainnya begitu menyadarkan kalau ciptaan Allah tiada duanya. Tidak bisa digambarkan dan dihitung.

Semoga suatu hari nanti bisa melakukan umrah kembali. Aamiin

Sampai bertemu kembali 😘


-Viska, 8 Januari 2015-
Share:

Hari Kedua Di Makkah

Assalamu'alaikum..

Saya tidak mendeskripsikan bagaimana indahnya kota Makkah ini. Gedung-gedung tinggi, gurun pasir, gunung-gunung, dan tempat bersejarah lain.

Hari ini saya beserta rombongan melakukan perjalanan wisata ke Padang Arafah (Jabal Rahmah dan Masjid Namirah), Muzdalifah, Lembah Muhassir, Mina (Jurratul Ula, Wustha dan Aqabah) serta Jabal Nur.

Tempat yang kami singgahi hanya Jabal Rahmah dan Jabal Nur. Karena tempat lainnya hanya untuk diketahui saja.

Jabal Rahmah

Jabal Rahmah berada di tepi Arafah yang merupakan suatu kawasan di bagian tepi timur luar kota Makkah. Jabal Rahmah pun tak jauh dari Padang Arafah, tempat para jamaah haji melakukan ibadah wukuf.

Untuk mencapai puncak tugu, hanya menghabiskan waktu sekitar 15 menit. Tidak terlalu tinggi. Tugunya yang berwarna putih, berbentuk segi empat. 

Katanya sih kalau yang masih single, dan ingin segera bertemu jodohnya, lalu berdoa di sini, nanti akan segera dipertemukan. Katanya ya. Tapi saya tidak terlalu mempercayainya. Karena Allah sudah mengatur semuanya. Doa, ikhtiar dan intropeksi diri aja :)

Perjalanan berikutnya ke Jabal Nur.
Jabal Nur

Jabal Nur atau Gua Hira adalah tempat di mana Rasulullah SAW. menerima wahyu pertama kalinya. Disekelilingnya banyak bukit dan bebatuan. Tingginya lebih kurang 642 meter. Para jamaah cukup di bawah saja. Karena untuk mencapai Guanya, memakan waktu yang cukup lama.

Oh iya, saya ada foto Kabah. Tapi backlight, nggak apa-apa ya :D
Masya Allah, indahnya baitullah :')

Well, segitu saja cerita perjalanan saya selama di Makkah.

Semoga suatu hari nanti dapat kembali beribadah ke kota ini. Aamiin

See you ~
Share:

Perjalanan Ke Makkah

Setelah dua hari di Madinah, setelah sarapan, kami semua mempersiapkan diri meninggalkan Madinah menuju Makkah. Akhwat dan ikhwan sudah mengenakan pakaian ihram. Jarak antara Madinah dengan Makkah sekitar 500 KM, dengan waktu tempuh ± 6 jam. Tapi sebelum sampai Makkah, diharuskan ke Masjid Bir Ali untuk miqat. Masjid Bir Ali berada di perbatasan Tanah Haram, tepatnya 11 KM dari Masjid Nabawi, Madinah.
Miqat (bahasa Arab: ميقات) adalah batas bagi dimulainya ibadah haji (batas-batas yang telah ditetapkan). Apabila melintasi miqat, seseorang yang ingin mengerjakan haji perlu mengenakan kain ihram dan memasang niat. Miqat digunakan dalam melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Ketika sudah miqat, berlaku larangan ihram. Seperti:
  1. Mencukur rambut dari seluruh badan.
  2. Menggunting kuku.
  3. Menutup kepala dan menutup wajah bagi perempuan kecuali jika lewat laki-laki yang bukan mahrom di hadapannya.
  4. Mengenakan pakaian berjahit yang menampakkan bentuk lekuk tubuh bagi laki-laki seperti baju, celana dan sepatu.
  5. Menggunakan harum-haruman.
  6. Memburu hewan darat yang halal dimakan.
  7. Melakukan khitbah dan akad nikah.
  8. Jima’ (hubungan intim).
  9. Mencumbu pasangan.

Setelah sampai Makkah, sekitar jam 12 malam, kami semua check-in dan beristirahat sebentar di hotel. Kemudian langsung umrah, memasuki Masjidil Haram melakukan Tawaf, Sa’i dan diakhiri dengan Tahallul. Masya Allah, indahnya Ka'bah susah diungkapkan :') Seselesainya melakukan rukun umrah, kami semua berjalan-jalan dulu di sekitaran Masjidil Haram.

Bagian belakang Masjidil Haram.
Bangunan di belakang saya adalah perpustakaan

Halaman Masjidil Haram. dan ZamZam Tower

Alhamdulillah semua selesai dan kembali ke hotel, beristirahat untuk hari esok.


See you ~
Share:

Hari Kedua Di Madinah

Assalamu'alaikum..

Ini hari kedua saya di Madinah. Hari terakhir juga sebelum berangkat ke Makkah.

Aktivitas ketika bangun pagi sampai sarapan masih sama seperti hari pertama. Hanya beda di tujuan wisata hari ini. Yeay, hari ini lebih banyak tempat wisata yang akan dikunjungi. Masjid Quba dan tempat-tempat bersejarah seperti Masjid Qiblatain, Jabal Uhud, dan Khandaq, serta Kebun Kurma.
Kami masih menggunakan bus untuk berwisata hari ini. Tujuan pertama yaitu Masjid Quba.
Masjid Quba adalah masjid yang pertama dibangun oleh Rasulullah SAW. pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi di Quba, sekitar 5 km di sebelah tenggara kota Madinah. (wikipedia)
 Masjid Quba tampak dari jauh

Di Masjid Quba, saya beserta rombongan melaksanakan shalat sunnah Tahiyatul Masjid. Setelah itu kembali ke dalam bus untuk melanjutkan ke tempat wisata berikutnya. Yaitu Masjid Qiblatain, tapi kami hanya dilewati masjid tersebut. Tidak berkunjung ke dalamnya.
Masjid Qiblatain (artinya: masjid dua kiblat) adalah salah satu masjid terkenal di Madinah. Masjid ini mula-mula dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah, karena masjid ini dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah. Letaknya di tepi jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq atau di atas sebuah bukit kecil di utara Harrah Wabrah, Madinah. (wikipedia)
Bus melanjutkan perjalanan ke Khandaq, kemudian Jabal Uhud
Jabal Uhud adalah gunung yang dinyatakan Nabi kelak akan berada di Surga. Uhud artinya  ‘penyendiri’. Jabal Uhud menjadi tujuan utama para jamaah haji dan umroh dari Indonesia tiap tahunnya setelah mereka berziarah ke Masjid Nabawi.
Setelah dari Jabal Uhud, menuju Kebun Kurma. Belanjaaaa. Hehe. Tapi saya dan mamah saya hanya berbelanja sedikit saja. Btw, ga ada fotonya. Maaf ya :D

Oke deh, cerita di Madinah hanya segitu. Hanya 2 hari. Semoga suatu hari nanti bisa kembali lagi ke kota yang indah ini. Aamiin

Sampai bertemu besok di Makkah :)
Share:

Hari Pertama Di Madinah

Hi assalamu'alaikum..
Ini hari pertama saya di Madinah, setelah sampai di Madinah tadi malam.

Kalau menurut agenda, hari ini ke Masjid Nabawi (memperbanyak ibadah), shalat sunnah atau berdo’a di Raudah, Ziarah ke Makam Rasulullah S.A.W, Abu Bakar As-Shiddiq RA dan Umar Bin Khattab RA, serta ziarah ke Makam Baqi (makamnya para syuhada).

Oke, ketika akan Subuh, saya dan rombongan bergegas menuju Masjid Nabawi. Jarak antara hotel dan Masjid Nabawi hanya sekitar 500 meter. Dekat ya? Enggak, itu hanya sampai gerbang masjidnya saja. Dari gerbang ke dalam Masjid Nabawi ini ada halaman yang sangat luas. Pokoknya Masjid Nabawi ini sangat luas deh. Ga bisa dideskripsikan kayak apa :(

Oh iya, ketika sampai gerbang masjid, kita harus menghapalkan pintu berapa. Karena pintunya ada banyak. Jangan sampai nanti salah ke luar dan tersesat tidak bisa pulang ke hotel. Untuk hotelpun, kami semua diberi kartu nama hotel tersebut. Khawatir kenapa-kenapa.

Setelah masuk ke dalam Masjid Nabawi, saya menyempatkan ambil foto sebentar. Sebenarnya tidak boleh membawa handphone ketika masuk Masjid Nabawi. Di depan pintu masuk, tas kita diperiksa oleh Askar (cari di google ya untuk pengertiannya :D). Kalau ketahuan membawa handphone, pasti disita. Saya menyiasati dengan menyimpannya di sela-sela tas.

Lebih kurang, dalam masjid Nabawi Seperti ini

Di Masjid Nabawi, tersedia air Zam-Zam. Gelasnya pun disediakan. Pokoknya tinggal minum. Tapi ingat ya, sampahnya dibuang ke tempat sampah yang telah disediakan.

Setelah dari Masjid Nabawi, kami kembali ke hotel untuk sarapan. Sekitar jam 9, kami semua ziarah ke Makam Baqi. Makam Baqi adalah makamnya para syuhada. Kita hanya bisa mengintip saja dari luar, karena dibentuk seperti rumah, hanya tidak ada atap. Tidak bisa masuk dan melihat jelas. Selesai dari Makam Baqi, kami kembali hotel dan acara bebas.

Saya dan mama memutuskan beristirahat, untuk kegiatan esok hari. See you ~
Share:

Perjalanan Ke Baitullah

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ
Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak
(Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan bagi-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu).


Alhamdulillah 31 Desember 2014 lalu Allah memampukan saya dan mama saya untuk berkunjung ke Baitullah. Tidak ada persiapan, mama saya hanya meminta antar ke agen travel. Dan ketika bertanya-tanya di sana, masih ada 2 slot untuk bulan depan kata mbak agennya, dengan biaya 2.100 USD per orang. mamapun langsung meng-iya-kan. Alhamdulillah masih ada tabungan ;)

Keesokan harinya membuat paspor, seminggu jadi. Minggu depannya ke Bandara Husein Sastranegara untuk suntik vaksin dan meningtis. Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar. Oh iya, pembuatan paspor dan suntik tidak termasuk dalam biaya di travel. Jadi bayar sendiri.

Singkat cerita, kami berangkat ke travel jam 3 subuh. Shalat Subuh di masjid dekat sana. Karena kumpul jam 5 di Agen Travel tersebut. Namanya AMWA, di Jalan Citarum Bandung. Seberang Masjid Istiqamah.

Kami semua berangkat dari Bandung menuju Bandara International Soekarno Hatta, Jakarta jam 6. Total semuanya ada 30 jama'ah, dan satu pembimbing. Sampai Bandara Jakarta jam 9 pagi. Seumur hidup, saya belum pernah naik pesawat. So, ini pertama kalinya saya naik pesawat. Jarak tempuh 6 jam pula. Rasanya? Jetlag :(

Deg-degan ketika akan take-off karena pertama kalinya naik pesawat :(


Saya menggunakan pesawat Flynas (AirAsia-X). Maskapai CGK - MED langsung. Pesawat terbang jam 16.10 WIB. Ketika tahun berganti menjadi 2015, kami semua masih di udara. Tiba di Madinah (Bandar Udara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz) sekitar jam 21.35 WSA. Mengurus keimgirasian, dll, menuju hotel sekitar jam 11. Sampai di hotel jam 12. Posisi hotel tidak jauh dari Masjid Nabawi. Bandarapun tidak jauh dari Masjid Nabawi. Bahkan ketika pesawat akan mendarat di Bandara, Masjid Nabawi sudah terlihat. Sangat sangat bercahaya. Terharu, Alhamdulillah bisa sampai ke Saudi Arabia.

Maskapai CGK - MED

Btw, lanjut di post berikutnya ya untuk perjalanan umrah saya. Oh iya, karena niat saya berumrah untuk beribadah. Jadi tidak terlalu mendokumentasi momen di sana. Foto seadanya saja.
Share:

Sehat itu Mahal

Siapa yang mau sakit? Jawabnya pasti ga akan ada yang mau sakit. Tapi kebanyakan orang lupa bahwa sakit itu mahal, karena terasanya ketika sakit.

source: google.com


Jadi, saya sakit setelah hidup di Jakarta selama 6 bulan. Dua penyakit sekaligus pula, typus dan amandel. Padahal seumur hidup ga pernah typus, amandel pun baik-baik aja. Ya mungkin karena kondisi badan sedang menurun. Makanya drop banget.


Setibanya di Bandung, saya istirahat di rumah. Minum obat dari Rumah Sakit yang berobat di Jakarta sebelumnya. Ketika obat mau habis, tiba-tiba tenggorokan sakit kembali. Saya tidak bisa makan ataupun minum. Waktu itu belum tahu kalau amandelnya bengkak. Langsung deh ke Rumah Sakit terdekat, dan daftar di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Ketika diperiksa, dokternya bilang kalau amandel dan harus dioperasi. Duh, dokter macam apa ini, bilang harus operasi langsung di depan pasien. Saya langsung nangis saat itu. Ya Allah, cobaan apa ini...

Kemudian, ga lama diinfus karena ga bisa masuk makanan lewat mulut. Dibawa juga ke ruang inap. Saya masih nangis. Saya bilang "ga mau dioperasi" ke mama, sampai tangan saya kesemutan karena tegang. Tapi mama menenangkan saya.


Hari pertama, hari kedua, hari ketiga,, trombosit saya berangsur normal dan tenggorokan pun sudah tidak berasa sakit. Saya ditangani dua dokter pada saat itu. Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT).

Ketika hari ketiga, dokter THT bilang kalau amandelnya harus dioperasi supaya ga kambuh lagi. Tapi nunggu pengobatan sebulan dulu, dan satu minggu sekali harus kontrol. Duh kapan bisa sehat lagi :(


Hari keempat, saya diperbolehkan pulang. Pada saat itu, saya tidak menggunakan asuransi. Jadi menggunakan jalur umum. Pembayaranpun bengkak, sekitar 4juta. Duh mah, maafin Viska :(


Sepulangnya dari Rumah Sakit, saya benar-benar istirahat total. Makanan dijaga supaya amandel tidak bengkak. Yang ada dipikiranpun hanya ingin sembuh. Alhasil, berat badan saya turun 4 Kg.


Sewaktu kontrol minggu ke-3, dokter menanyakan kapan mau operasi dan mengajukan tanggal di bulan Maret. Jeeeeeng.. saya dijadwalkan operasi satu hari sebelum Ulang Tahun. Ya Allah.. tahun lalu dapat kado lulus sarjana, tahun ini kok malah dapat kado harus operasi. Tapi gak apa-apa deh, demi sehat. Akhirnya mama saya menandatangani surat tersebut.


Hari dioperasi pun tiba. Rasanya deg-degan walau cuma operasi ringan sebenarnya. Sebelum masuk ruang operasi, saya diberi obat. Ketika masuk ruang operasi, dibius. Sadar ketika sudah di ruang perawatan dan bertanya "operasinya udah?" karena kalimat itu yang ada di pikiran saya ketika sebelum di operasi. Susterpun menjawab "udah".

Waktu itu saya langsung pulang. Ada dua pilihan sih waktu di administrasi. Kalau hanya operasi aja, biayanya segini. Kalau dengan inap, biayanya segini. Jeeeng, 6juta kalau hanya operasi aja. Hmm oke.. mama saya mengeluarkan 10juta untuk saya sembuh (belum dengan obat). Sehat itu mahal, bos! :(


Sehabis operasi, masih harus kontrol juga sampai pulih. Obat lagii. Lama kelamaan, kebal deh tubuh ini konsumsi obat melulu.


Tapi alhamdulillah, saya sehat selalu sampai tulisan ini diketik.



Sampai jumpa!
Share:

Halo Ibu Kota

Ibu kota lebih kejam dari Ibu tiri
Frasa yang sering digunakan untuk menggambarkan beratnya hidup di Jakarta.

source: google.com

Ibu Kota memang kejam bagi yang baru datang ke Jakarta. Kenapa? Yuk simak!

Pengalaman ini didapat ketika saya berada di Jakarta untuk bekerja. Ya kerja. Yang menurut orang bekerja di Jakarta itu dapat gaji besar. Tapi ternyata tidak. Semuanya butuh proses.
Waktu itu saya hanya digaji sebesar UMK Jakarta. Ya insyaAllah cukup.
Tapi ternyata...

Oke, saya memang banyak teman di Jakarta. Tapi hanya satu orang yang dekat karena lokasi kami berdekatan. Lokasi dengan teman yang lain cukup jauh. Ya Allah, aku harus kuat!

Sewaktu istirahat jam kerja, saya sendirian karena yang lain dibekali makan siang oleh istrinya. Sebenarnya tempat makan yang dekat dengan kantor agak kotor. Tapi ya mau gimana. Saya hanya tahu tempat makan itu. Jadinya tetap makan di situ. Dua minggu kemudian, saya baru mendapat teman. Itupun vendor sebelah. Ya alhamdulillah ada teman makan. Jadi ada pilihan tempat lain, yang lebih bersih. Tapi ketika weekend, saya kebingungan cari makan. Yang dekat hanya mall. Ya terpaksa makan junk food walau uang pas-pasan. Padahal mama selalu tanya "udah makan? uangnya masih ada buat makan?". Sedih kalo diinget. Karena kadang ga makan :(

Empat bulan berjalan.. Saya merasa jenuh dan capek. Mungkin karena kegiatannya itu-itu saja. Btw, saya tidak terlalu nyaman dengan yang kegiatannya berulang. Jadi merasa stuck. Hingga saya berdoa "Ya Allah.. ijinkan saya untuk istirahat, saya lelah" sehabis shalat.

Bulan kelima, saya sudah tidak di klien alias kembali ke kantor. Tidak lama dari situ, sayapun bertemu dengan beberapa teman baru. Salah satunya dari acara gathering komunitas. Diapun berdomisili dan kerja di Jakarta. Ternyata juga kantor kami berdekatan. Jadilah dekat. Dia sempat bilang "Vi, wajah kamu pucat". Tapi saya hanya respon "oh mungkin kecapean. tadi udah makan kok".

Hingga suatu hari ketika bangun tidur, tenggorokan saya kayak ada yang menghalangi. Saya mendeham dan minum air hangat, tapi tidak ada perubahan. Ketika di kantor, bilang ke teman, dia membelikan saya larutan karena mungkin katanya panas dalam.

Keesokan harinya, tenggorokan saya makin parah. Ditambah demam pada sore hari. Tapi ketika pagi, demamnya hilang. Saya tetap ke kantor. Menjelang sore hari, demam lagi. Akhirnya ijin pulang cepat dan diantar pulang oleh teman saya.

Besoknya hari Sabtu, jadi saya berobat. Ditemanin teman saya itu. Dicek oleh dokter, diminta tes urine. Nunggu sejam kalau tidak salah. Selama 1 jam itu, saya diinfus, karena tenggorokan saya sakit, tidak masuk makanan. Setelah ada hasil, ternyata typus (-)
Huaaa rasanya ingin nangis. Sakit terparah yang dialami seumur hidup.
Alhasil, saya mengajukan resign ke kantor. Kemudian pulang ke Bandung (dijemput mama) dengan kondisi sedang sakit.

Halo Ibu Kota. Sampai jumpa di lain kesempatan!
Terima kasih atas rasa sakitnya.
Saya sulit menemukan warung nasi yang tempatnya bersih dan higienis.
Share:

Pengalaman Pertama Kerja di Ibu Kota

Biasanya saya ke Ibu Kota, kalau ada keperluan saja. Tapi kali ini, saya ke Ibu Kota untuk kerja.


Oke jadi gini.

2013 lalu, hadiah ulang tahun dari Allah (karena doa mama juga) adalah saya lulus dari Universitas. Yap, saatnya praktek ke dunia sebenarnya setelah mendapat bekal ilmu sewaktu kuliah.


Tidak lama setelah lulus, ijazah sudah dibagikan walau belum wisuda, teman saya menawarkan pekerjaan di Jakarta. Saya memberi tahu mama. Alhamdulillah diijinkan tapi diantar, karena tidak ada keluarga di Jakarta. Hanya teman-teman saya aja. Oke gak masalah, senang banget rasanya! Lalu, diantar ke Jakarta dan cari kost.


Hari pertama kerja, saya berangkat pagi banget karena khawatir telat. Tapi karena jarak antara kost dengan kantor cukup jauh sih dan karena baru kerja. Jadinya semangat banget! Hehe. Oh iya, saya kerja di kantor Konsultan IT Security. Jadi hari pertama diminta datang dulu ke kantor, bukan ke klien.


Ketika sudah masuk jam kantor, dikenalin ke karyawan lain sama mbak HRDnya. Lalu ngobrol-ngobrol dengan yang lain.

Waktu itu kalau gak salah, saya stay di kantor selama satu minggu. Minggu depannya baru deh ke klien.


Singkat cerita, saya ke klien dan sudah mulai onsite. Jeeeeng,, temannya laki-laki semua. Saya hanya perempuan sendiri. Baiklah gak apa-apa. Sudah biasa dengan dominan laki-laki dari kuliah.


Nah, ruangan saya ada di samping Data Center yang ACnya sebesar kulkas dan AC kering. Dingin banget walau udah pake jaket. Ruangannya disebut aquarium karena sekelilingnya kaca, terbuka. Tapi sebenarnya itu ruangan monitoring IT Security.

Lobby

Ruang Kerja
(yang screensavernya Doraemon, PC saya)

Saya masuk kerja jam 8 pagi, pulang jam 5 sore. Tinggal jalan kaki kalau berangkat dan pulang kerja, karena jaraknya tidak terlalu jauh. Oh iya, saya pindah kost ke yang lebih dekat dengan klien.

Sebenarnya agak membosankan, karena mungkin saya baru pertama kerja dan stay di Ibu Kota. Ternyata juga, kerja di Jakarta itu butuh fisik yang kuat bagi yang sebelumnya hanya anak rumahan seperti saya. Akan saya ceritakan di post selanjutnya ya!
Share: